Laman

Keagungan Pernikahan Budaya Jawa III

Kami hadirkan penjelasan tentang Keagungan Pernikahan Budaya Jawa Bagian III - Tamat.

BABAK V (PUNCAK ACARA)
Puncak dari rangkaian prosesi acara resepsi pernikahan dan merupakan inti acara Pernikahan Budaya Jawa
a. Upacara Ijab
Ijab Qobul Sebagai prosesi pertama pernikahan, pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak Pengantin, Orang tua Penagntin Wanita serta penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi Pasangan suami istri.




b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:
  1. Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan. 
  2. Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.
  3. Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
  4. Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci, air hidup, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin. 
  5. Masuk ke pasangan bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban. 
  6. Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup. 
Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan:
  1. Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.
  2. Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga. 
  3. Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.

c. Upacara Bubak Kawah
Upacara Bubak Kawah hanya khusus untuk keluarga yang baru pertama kali punya hajatan mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.

d. Tumplek Punjen
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.

e. Sungkeman Manten
Sungkeman sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.

f. Kirab Manten
Kirab manten sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua datang memasuki pintu masuk gedung dan menuju pelaminan yang diiringi oleh kedua pihak keluarga pengantin. Setelah prosesi diatas selesai dilanjutkan dengan pengantin meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana pengantin yang lain.

Sumber: Tata Upacara Pengantin Adat Jawa oleh Drs. HR. Sumarsono.